Jumat, 08 April 2016

TATA KELOLA PROYEK TI

Apa itu pengertian Tata Kelola Teknologi Informasi?  Menurut wikipedia secara bebas tata kelola teknologi informasi adalah bagian dari tata kelola perusahaan di bidang sistem teknologi informasi agar berjalan sesuai dengan peraturan yang ada untuk menghindari ada-nya resiko penyimpangan penggunaan teknologi informasi yang dapat berakibat kepada kinerja perusahaan. Tata kelola Teknologi Informasi sebagai suatu sistem dapat dijelaskan dalam perspektif struktur dan perspektif proses. Biasa-nya tingkat tata kelola teknologi informasi dikaitkan dengan tingkat kematangan di dalam perspektif struktur dan perspektif proses. Contoh tulisan sebelumnya, " Tingkat kematangan organisasi PMO " bisa dimasukkan sebagai contoh ke dalam perspektif struktur.

Dari sisi perspektif proses, adalah proses untuk menjalankan strategi dibidang teknologi informasi untuk mencapai sasaran dan tujuan bisnis perusahaan adalah melalui proyekProyek Teknologi Informasi atau proyek-proyek yang berbasis tekonologi informasi adalah suatu proses aksi dari strategi perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuan bisnis perusahaan.

Salah satu pendekatan untuk mengetahui tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi adalah pendekatan COBIT. Model tingkat kematangan dibagi menjadi 6 level, mulai dari level 0 sampai level-5. Berikut adalah penjabaran model tingkat kematangan dari COBIT sub-bab proyek domain Plan & Organize (PO) yang dijabarkan secara bebas :

Level-0. Tata kelola proyek TI tidak menggunakan teknik-teknik Manajemen Proyek  dan organisasi tidak mempertimbangan dampak dari tata kelola proyek yang salah dan kegagalan proyek terhadap bisnis

Level-1. Penggunaan teknik-teknik Manajemen Proyek dan pengambilan keputusan tergantung kepada individu dan Manajer Proyek. Kurangnya komitmen manajemen terhadap Manajemen Proyek dan kepemilikan proyek. Keputusan kritikal terhadap Manajemen Proyek dibuat tanpa keterlibatan user dan masukkan dari pengguna. Hanya sedikit atau tidak ada keterlibatan user di dalam mendefinisikan proyek. Struktur organisasi di Direktorat TI tidak jelas terhadap pengelolaan proyek. Tugas dan tanggung jawab pengelolaan proyek tidak dijabarkan. Proyek, skedul, dan milestone tidak dijabarkan dengan baik. Penggunaan waktu dan biaya dari team proyek tidak dicatat dan dibandingkan dengan anggarannya.

Level-2. Manajemen senior sudah mulai menyadari dan mengkomunikasikan tentang perlunya Manajemen Proyek TI. Organisasi masih dalam proses pengembangan dan sudah mengembangkan beberapa teknik dan metode pengelolaan proyek. Keterlibatan stakeholders di dalam Manajemen Proyek TI terbatas. Guideline Manajemen Proyek TI sudah mulai dikembangkan. Penerapan pedoman manajemen proyek diserahkan kepada kebijaksanaan individu manajer proyek.

Level-3. Manajemen Proyek TI sudah ditetapkan dan dikomunikasikan. Proyek TI didefinisikan dengan tepat untuk tujuan teknis dan bisnis. Manajemen Senior IT dan Bisnis mulai berkomitmen dan terlibat dalam manajemen proyek TI. PMO dibentuk dengan tugas dan tanggung jawab standar. Monitoring proyek dilakukan berdasarkan milestone, skedul, budget, dan pengukuran kinerja proyek. Manajemen training tersedia, dan atas dasar inisiatif masing-masing individu untuk mengikuti training. Tersedia prosedur Quality Assurance dan Post Implementation Review. Proyek mulai dikelola berdasarkan portfolio-nya.

Level-4. Setelah proyek selesai, manajemen akan meminta kepada proyek formal proyek metrik dan lesson learned untuk di review. Manajemen Proyek diukur dan di evaluasi oleh organisasi, tidak hanya oleh bagian TI. Enhancement terhadap proses manajemen proyek dilakukan secara formal dan dikomunikasikan dengan team proyek yang sudah melakukan training. Struktur organisasi proyek selalu dibuat dengan di dokumentasikan tugas dan tanggung jawab masing-masing team sesuai dengan bidangnya. Kriteria evaluasi sukses untuk masing-masing milestone sudah dibuat. Value dan Resiko diukur sebelum, selama, dan setelah penyelesaian  proyek. Sasaran proyek selalu meningkatkan sasaran organisasi, tidak saja sasaran TI. Terdapat dukungan yang kuat dari manajemen senior, sponsor proyek atau pemilik proyek untuk manajemen proyek. Training yang sesuai diberikan dan direncanakan untuk staff PMO dan untuk unit lain yang ada di TI.

Level-5. Metodologi yang sudah terbukti pada life cycles proyek dan program sudah diimplementasikan, ditegakkan dan diintegrasikan ke dalam seluruh budaya organisasi. Sebuah inisiatif berkelanjutan untuk mengidentifikasikan dan melembagakan Manajemen Proyek best practice dilaksanakan. Strategi Teknologi informasi untuk pengembangan sumber dan proyek operasional didefinisikan diimplementasikan. Sudah ada PMO yang ter-integrasi yang bertanggung jawab terhadap proyek dan program mulai dari proses Initiating sampai dengan Post Implementation. Perencanaan program dan proyek baik secara lokal maupun regional dijalankan untuk memastikan bahwa pengguna dan sumber daya IT digunakan dengan cara yang terbaik untuk mendukung inisiatif-inisiatif strategis.



Minggu, 13 Maret 2016

TINGKAT KEMATANGAN ORGANISASI PMO

Organisasi PMO di dalam perkembangannya mengalami proses peningkatan kompetensi sesuai dengan peranan dan fungsinya di dalam suatu organisasi. Gerald M Hill (2004), di dalam buku-nya yang berjudul Evolving the Project Management Office : A Competency Continuum, Information System Management, membagi tingkat kompetensi PMO berdasarkan peranan dan fungsinya menjadi 5 tahapan. Lima tahapan ini menggambarkan level Maturity PMO di dalam tata kelola proyek pada organisasi. 


Berikut adalah uraian mengenai masing-masing tingkat kompetensi organisasi PMO mulai tahapan Project Office sampai dengan tingkat kompetensi PMO sebagai Center of Excellent.

1.    Project Office, Organisasi PMO sebagai Project Office yang bertugas membantu Project Manager untuk menyelesaikan proyek sesuai dengan anggaran, skedul dan penggunaan resources. Support yang diberikan PMO hanya bersifat administratif. Keberhasilan dan kinerja proyek sepenuhnya menjadi tanggung jawab Project Manager. Jumlah proyek yang di support hanya 1 proyek saja atau lebih, dengan 1 Project Manager.

2.  Basic PMO, Organisasi PMO bertugas membantu Project Manager menyelesaikan proyek dengan menggunakan metode dasar aplikasi Project Management dan dilakukan secara berulang. Jumlah proyek yang di support sudah multiple proyek dengan multiple Project Manager. Terdapat seorang PMO manager yang dibantu dengan beberapa staff

3.    Standard PMO. Organisasi PMO sudah memiliki kapabilitas dan perangkat Project Management yang cukup untuk membantu dan melakukan tata kelola proyek. Peranan dan fungsinya dijalankan secara berulang dan konsisten. Jumlah proyek yang di support sudah multiple proyek dengan multiple Project Manager. Terdapat satu Vice President dan lebih dari satu PMO Manager, yang dibantu dengan beberapa staff.

4.     Advanced PMO. Organisasi PMO sudah menerapkan kapabilitas Project Management secara comprehensive dan ter-integrasi untuk mencapai tujuan bisnis. Peranan dan fungsinya dijalankan secara berulang dan konsisten dan ter-integrasi dengan ruang lingkup multiple projects dan multiple PM dengan dibantu tambahan staff sesuai dengan bidang proyeknya dan tenaga administratif. Terdapat PMO Director/Vice President yang sudah wewenang untuk menentukan kepentingan/ada tidaknya peluang bisnis di dalam lingkungan project management yang dibantu oleh beberapa PMO Manager

5.      Center of Excellence. Organisasi PMO di dalam menjalankan peranan dan fungsinya sebagai Center of Excellent yang bertanggung jawab secara Bank Wide baik lokal maupun regional di dalam menjalankan best practise Project Management. Peranan dan fungsi PMO dijalankan secara efektif, efisien dan ter-integrasi. Dalam mengelola proyek, terus menerus melakukan penyempurnaan proses Project Management, dengan melakukan kolaborasi lintas departemen untuk mencapai tujuan bisnis yang strategis. Organisasi PMO terdiri dari Vice President atau Direktur Project Management. Beberapa PMO Manager, staff teknikal dan administratif.

Referensi
Hill, G.M,  2004, Evolving the Project Management Office : A Competency Continuum, Information System Management.

Sabtu, 05 Maret 2016

INOVASI DAN IMPLIKASI-NYA DI DALAM PROSES MANAJEMEN PROYEK

Banyak kita mendengar istilah inovasi. Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, inovasi secara bebas dapat diartikan sebagai suatu proses penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya yang dapat berupa gagasan, metode, atau alat. Orang yang menemukan gagasan, metode atau alat tertentu disebut dengan Innovator. Beberapa inovator di bidang IT dapat disebutkan disini, Bill Gates pendiri Microsoft, Mark Zuckerberg, Steve Jobs pendiri Apple, Larry page dan Sergey Brin pendiri Google, dan banyak lagi. Tetapi bagaimana sebenar-nya proses inovasi itu sendiri muncul, bagaimana membuat inovasi itu menjadi kenyataan, dan bagaimana penerapannya di dalam proses manajemen proyek. Mari kita bahas bersama.

Dalam proses manajemen proyek, kapan dapat dilakukan inovasi? Kita tahu bahwa untuk mencapai tujuan proyek dasar-nya adalah requirement yang sudah didefinisikan diawal. Suatu proyek dinyatakan berhasil apabila dapat memenuhi requirement. Team member tidak boleh menambahkan atau mengurangi apa yang sudah tertuang di dalam requirement. Dalam hal ini misal-nya adalah didalam pembuatan sebuah aplikasi komputer, karena menganggap lebih baik, maka menambahkan suatu fungsi, atau melengkapi fitur baru yang tidak disebutkan di dalam requirement (scope creep) berdasarkan dorongan inovasi, atau kasus gold plating, menganggap dengan menambahkan fitur akan memberikan kepuasan lebih kepada pelanggan. Hal ini ini dibelakang hari akan menimbulkan resiko yang berdampak kepada dokumentasi proyek, proses testing yang pada gilirannya akan berdampak pada jadwal dan biaya proyek. Dan bisa jadi pelanggan tidak akan menerima karena tidak sesuai dengan requirement! Di dalam PMBOK scope creepe dan gold plating merupakan praktik manajemen proyek yang buruk. Kedua hal tersebut tidak lebih dari proses kreativitas.

Di salah satu webinar oleh Mark Mullaly Ph.D, PMP (projectmanagement.com), membedakan antara kreativitas dengan inovasi. Kreativitas adalah kualitas untuk menjadi kreatif, atau kemampuan untuk meng “create” berdasarkan daya imajinasi-nya. Inovasi adalah pengenalan terhadap sesuatu yang baru, ide baru, metode baru atau penemuan terhadap perangkat baru.

Lalu bagaimana penerapannya di dalam proses manajemen proyek atau pengembangan produk. Saya berpendapat bahwa proses inovasi dapat diimplementasikan untuk problem solving, change management yang tetap mengacu kepada prosedur kontrol suatu perubahan. Pada inti-nya solusi yang yang efektif yang memuaskan dan memberikan value kepada pelanggan.

Inovasi dan kreativitas adalah proses yang penting dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi, tapi harus ditempatkan pada porsi, waktu dan kondisi lingkungan yang tepat.

Referensi :

projectmanagement.com, Beberapa webinar terkait manajemen proyek dan inovasi.


Senin, 29 Februari 2016

PERAN PMO

PMO saat ini sudah menjadi bagian dari suatu organisasi yang mengelola multi-proyek. Peran PMO di suatu organisasi bisa berbeda dengan peran PMO di organisasi yang lain, disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Peran PMO di suatu organisasi menggambarkan mandat yang diberikan organisasi kepada PMO.

Dari beberapa ahli, berdasarkan penelitiannya banyak mendefinisikan peran dari PMO. Salah satu yang terkenal adalah Hobbs & Aubrey peneliti mengenai entitas PMO dan perkembangannya dari Kanada. Berikut kita akan coba jabarkan beberapa peran dan fungsi dari PMO.

Hobbs & Aubrey, menyebutkan ada sekitar 27 peran atau fungsi dari PMO. Dari 27 fungsi tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok fungsi, yaitu :

1. Monitoring & Controlling
2. Pengembangan kompetensi dan metodologi Manajemen Proyek
3. Manajemen Multi-Proyek
4. Manajemen Strategi
5. Proses pembelajaran organisasi

Dari Project Management Instiute sendiri (PMI, 2008) menyebutkan ada 6 fungsi utama PMO untuk membantu Manajer Proyek, yaitu sbb :

1. Alokasi resource lintas proyek
2. Identifikasi dan pengembangan metodologi manajemen proyek, best practice & standard
3. Memberikan coaching, mentoring, pelatihan dan pemahaman manajemen proyek
4. Compliance-monitoring
5. Membuat kebijakan proyek, prosedur dan dokumentasi lainnya
6. Melakukan koordinasi dan komunikasi lintas proyek

Hill (2004), menyebutkan bahwa peran PMO adalah membantu baik manajer proyek dan unit entitas lain yang terkait proyek dalam menjalankan manajemen proyek praktis. Pada buku-nya Hills menyebutkan ada 20 peran atau fungsi dari PMO.

Dan terakhir yang bisa disebutkan disini adalah penelitian dari Keating (2009), menyebutkan peran dari PMO yang paling penting adalah melakukan monitoring, pengawasan dan memberikan laporan status proyek untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan, dan peran PMO melakukan tata kelola proyek sesuai prosedur yang berlaku di perusahaan atau organisasi.


Referensi :

Hill, G.M,  2004, Evolving the Project Management Office : A Competency Continuum, Information System Management

Hobbs, B., and Aubrey M., 2007, A Multi Phase Research Program Investigating Project Management Office (PMOs) : The Result of Phase 1, Project Management Journal, Project Management Institute

Keating, D., 2009, How Does The Project Management Office Deliver Value to the Organization, a Research Project, National Unversity of Ireland, Galway

Project Management Institute, 2008, A Guide to the Poject Management Body of Knowledge (PMBOK Guide), Fourth Edition, Project Management Institute, Inc.Pennsylvania

Sabtu, 27 Februari 2016

PROJECT LIFE CYCLES

Siklus hidup proyek adalah serangkaian tahapan yang dilewati oleh sebuah proyek mulai dari tahap persiapan sampai dengan closure proyek. Secara generik, struktur tahapan proyek dapat ke dalam empat proses kegiatan, yaitu :

1.  Proses mulai-nya proyek
2. Proses persiapan dan organisasi
3. Proses menjalankan pekerjaan proyek
4. Proses penutupan proyek

Proyek sendiri dapat dibagi ke dalam sejumlah tahapan proyek. Pengertian tahapan proyek sendiri adalah kumpulan dari beberapa aktivitas proyek yang saling berhubungan. Biasa-nya metode seperti ini dengan tujuan bahwa pada setiap siklus hidup proyek untuk aktivitas proyek tertentu ditentukan adanya deliverables, hasil baik dalam bentuk produk, jasa, hasil dari aktivitas proyek dalam satu siklus hidup proyek.
Terkait bentuk hubungan antara satu phase dengan phase yang lain (phase to phase relationships), setidak-nya ada 2 bentuk phase to phase relationships, yaitu sbb :

1. Sequential relationship. Suatu phase akan dimulai apabila phase sebelum-nya sudah selesai. Ini adalah proses yang normal. Dengan model pendekatan ini akan mengurangi ada-nya uncertanty.

2. Overlapping relationship. Pada model ini, suatu phase akan dimulai sebelum phase sebelum-nya selesai. Bentuk hubungan model ini biasa-nya digunakan untuk teknik fast tracking di dalam manajemen proyek, yaitu menekan jadwal proyek dengan melakukan pekerjaan proyek secara paralel. Resiko yang perlu di-antisipasi adalah adanya rework, apabila perkiraan informasi pekerjaan pada phase sebelum-nya tidak akurat.

Predictive Life Cycles
Salah satu model siklus hidup proyek yang banyak dipakai adalah model Predictive Life Cycles. Pekerjaan proyek secara jelas dijalankan pada setiap tahapan proyek. Biasa-nya deliverables dalam bentuk produk dan jasa juga sudah jelas didefinisikan. Salah satu model siklus hidup proyek yang terkenal adalah model waterfall.

Iterative and Incremental Life Cycles
Metode ini adalah metode pengembangan sistem melalui siklus hidup proyek yang berulang (iterative) dan secara bersamaan berdasarkan hasil proses belajar akan ditambahkan secara proportional (incremental) ke sistem yang dikembangkan. Pada tiap proses pengulangan dilakukan modifikasi design kapabilitas fungsi baru ditambahkan.

Adaptive Life Cycles
Adaptive Life Cycles dikenal juga dengan metode Agile. Kata kunci dari model life cycle ini adalah perubahan yang cepat akibat respond dari permintaan user dan penyempurnaan pengembangan suatu sistem. Pada adaptive berlaku juga proses iterative dan incremental, perbedaannya adalah di durasi-nya yang cepat. Model Life Cycle ini dan disebutkan sebelum-nya biasa-nya untuk proyek-proyek pengembangan Sistem Informasi.

Agar dapat lebih jelas-nya, kita lihat Tabel Resume masing-masing Life Cycle di bawah :

Topic
Predictive
Iterative
Adaptive (Agile)
Phases
Sequential, overlapping
Sequential,over-lapping
Sequential, overlapping, parallel
High-level scope
Yes
Yes
Yes
Detailed scope
At beginning of project
Only for each project
Only for each project
High-level planning
Yes
Yes
Yes
Detailed planning
At beginning of project or rolling wave
Only for each phase
Only for each phase
When used
Project is well understood
Large and complex project
Product is not well understood, rapidly changing environtment
Customer involment
Beginning, when scope changes, and project end
Periodic
Continuous
(Tabel-Ringkasan Life Cycles)

Referensi

Project Management Institute, 2013, A Guide to the Poject Management Body of Knowledge (PMBOK Guide), Five Edition, Project Management Institute, Inc.Pennsylvania

https://en.wikipedia.org/wiki/Iterative_and_incremental_development-Iterative and incremental development



Kamis, 25 Februari 2016

7 Alasan strategis kenapa diperlukan Proyek

Untuk mencapai sasaran dan tujuan bisnis sesuai dengan Rencana Strategis Perusahaan atau organisasi maka diperlukan Proyek. Seperti kita ketahui bahwa proyek adalah serangkaian kegiatan untuk menghasilkan produk, jasa dan hasil yang diinginkan (outcome) yang memiliki permulaan waktu dan akhir proyek. Rencana strategis perusahaan adalah adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan.

Dalam buku PMBOK Guide edisi-5, disebutkan ada 7 alasan strategis kenapa diperlukan proyek, yaitu sebagai berikut :

1.   Market demand. Adanya permintaan pasar. Misal-nya sebuah perusahaan menjalankan sebuah proyek mengenai efisiensi penggunaan bahan bakar mobil, karena adanya keterbatasan sumber daya minyak. Proyek Brancheless Banking-penyediaan layanan bank tanpa harus pergi ke kantor cabang bank, transaksi bisa dilakukan dirumah, untuk memudahkan ber-transaksi nasabah bank, dll.

2.   Strategic opportunity/business need. Adanya kebutuhan bisnis. Contoh : sebuah perusahaan jasa training menjalankan proyek membuat sebuah jenis training baru untuk meningkatkan pendapatan-nya, atau implementasi proyek aplikasi go-jek, alternatif layanan transportasi yang murah dan bisa mencapai tujuan lebih cepat, dll.

3.   Social need. Adanya kebutuhan sosial. Misal : Proyek penyediaan sistem air minum yang bersih dan sehat, sosialisasi kepada masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Proyek pembangunan infrastruktur saluran air oleh pemerintah, dll.

4.   Environmental consideration. Pertimbangan lingkungan. Contoh : sebuah perusahaan memproduksi mobil elektrik, untuk membantu mengurangi polusi udara, proyek pembangunan hutan kota, dll.

5.   Customer request. Permintaan konsumen. Misal : Bank memberikan persetujuan untuk menjalankan proyek enhancement/perbaikan sistem e-statement rekening giro, tabungan nasabah, dll.

6.   Technological advance. Kemajuan Teknologi. Contoh : proyek untuk mengembangkan laptop, atau PC yang lebih cepat, lebih murah dan bentuk model-nya lebih kecil, tetapi dengan memory yang lebih besar, hal ini karena adanya kemajuan teknologi.

7.   Legal requirement. Berkaitan dengan hukum. Misal : Perusahaan kimia, menjalankan sebuah proyek untuk membuat standar dan guideline bagaimana cara mengatasi pencemaran berkaitan dengan limbah pabrik kimia, dll.

Didalam praktik bisa jadi sebuah proyek dijalankan karena adanya dua atau tiga pertimbangan tersebut di-atas. Di dalam menetapkan Strategic Planning, perusahaan atau organisasi bisa membedakan jenis-jenis proyek berdasarkan alasan tersebut di atas.

Bisa juga di-kategori-kan berdasarkan proyek Revenue Generation atau Cost Reduction, proyek Strategis, dan proyek mandatory.

Pada ujung-nya 7 alasan strategis untuk menjalankan proyek-proyek untuk suatu perusahaan atau organisasi merupakan faktor untuk menentukan alokasi dan portfolio investasi yang sesuai dan tepat untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi.


Referensi
Project Management Institute, 2013, A Guide to the Poject Management Body of Knowledge (PMBOK Guide), Five Edition, Project Management Institute, Inc.Pennsylvania


https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_strategis

Jumat, 19 Februari 2016

Manajemen Proyek

Proyek sendiri adalah serangkaian kegiatan untuk menciptakan produk dan jasa, yang memiliki permulaan waktu dan akhir proyek. Akhir proyek dilakukan apabila tujuan dari proyek sudah dicapai, atau proyek dihentikan karena tujuan proyek tidak akan tercapai, atau kebutuhan dari proyek itu sendiri sudah tidak ada lagi. Sementara Manajemen Proyek adalah penerapan pengetahuan, keahlian, tools dan teknik yang digunakan terhadap aktivitas proyek untuk mencapai tujuan proyek. Sementara pengertian proses adalah sekumpulan tindakan dan aktivitas yang dilakukan untuk mencapai hasil atau menyediakan jasa atau produk.

Berdasarkan beberapa sumber dan literatur, implementasi ilmu manajemen proyek sudah dimulai sejak dulu kala, terbukti dengan beberapa bangunan dan karya arsitektur yang masih ada, seperti bangunan piramid di mesir, tembok cina, Aya Sophia di Istanbul yang mengandung nilai seni dan arsitektur yang tinggi. Di Indonesia, bisa kita lihat ada-nya bangunan beberapa candi seperti borobudur dan prambanan dan banyak lagi.

Didalam perkembangannya di era Manajemen Proyek yang lebih modern, disebut-sebut bahwa Bapak pencetus dari Manajemen Proyek modern adalah Henri Foyal dan Henry Gantt. Henry Foyal adalah seorang Insinyur perancis yang bekerja di perusahaan besi dan baja. Pada penelitian dan observasi-nya meng-identifikasi-kan 5 fungsi dari manajemen, yaitu : 

1. planning; 
2. organizing; 
3. commanding, 
4. coordinating; dan 
5. controlling. 

Sementara Henry Gantt adalah orang yang dikenal mengembangkan Gantt-Chart.

Disiplin ilmu manajemen proyek kemudian terus berkembang, dan juga memperhatikan perkembangan yang pesat dari teknologi informasi. Salah satu pedoman dan standar yang sangat populer adalah PMBOK (Project Management Body of Knowledge) yang diterbitkan oleh PMI (Project Management Institute) yang berkedudukan di USA. Buku PMBOK ini kemudian dikenal secara global sebagai referensi implementasi manajemen proyek untuk industri oleh profesi manajemen proyek.

PMBOK sudah diterima luas sebagai pedoman “best practice” di berbagai industri, yang meng-aplikasikan knowledge, process, keahlian, tools & teknik. Selain pengetahuan teknis manajemen proyek, PMI juga melengkapi dengan pengetahuan Code of Ethics and Professional Conduct – Etika profesi apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam implementasi manajemen proyek.

Pada inti-nya mempelajari PMBOK, kita akan mempelajari 10 knowledge area dan 47 proses manajemen proyek. Berikut detail-nya :